Zaman Praaksara: Apa itu Zaman Praaksara? - Sejarah Indonesia

Halo semua. Disini kita akan memberikan informasi mengenai Zaman Praaksara. Sebelum sampai ke zaman sekarang ini, nenek moyang kita melewati berbagai rintangan pada Zaman Praaksara terutama dari cara hidupnya.

Zaman Praaksara atau Zaman Prasejarah yaitu masa saat manusia purba belum mengenal tulisan. Zaman Praaksara disebut juga masa nirleka (nir = tidak; leka = tulisan aksara) secara harfiah berarti “sebelum sejarah”. Cara hidup manusia praaksara ada 2, yaitu tinggal dekat dengan sumber air dan di alam terbuka.

Apabila sumber daya alam yang tersedia disekitar mereka habis, maka mereka akan pergi dari tempat tinggal tersebut untuk mencari tempat yang mereka anggap masih banyak sumber daya alamnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pada zaman ini memiliki 3 sistem kepercayaan, yaitu animisme, dinamisme, dan totemisme.

Zaman Praaksara antara bangsa satu dengan lainnya berbeda sesuai peninggalan-peninggalan yang ditemukan sekarang ini. Dari peninggalan-peninggalan tersebut bisa menjelaskan tentang kehidupan manusia purba pada zaman itu. Zaman Praaksara dimulai sejak manusia berada di muka bumi dan berakhir saat manusia mengenal tulisan.

Berakhir dan dimulainya zaman praaksara untuk setiap bangsa dengan bangsa lain di dunia tidaklah sama, tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Sedangkan di Indonesia sendiri diperkirakan berakhir sekitar abad ke-5 pada masa berdirinya Kerajaan Kutai. Pernyataan ini diperkuat dengan bukti adanya prasasti yang berbentuk “yupa” yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Peninggalan pada masa praaksara di indonesia sementara ini banyak ditemukan di Pulau Jawa. Berikut ini penemuan penting dibeberapa tempat.

Sangiran

Sangiran - Zaman Praaksara
Sangiran

Sangiran merupakan sebuah kompleks yang berisi situs manusia purba dari Kala Pleistosen yang paling lengkap dan penting di Asia. Tempat ini berada di perbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar yang lahannya dikenal dengan Situs Sangiran . Situs Sangiran memiliki luas lahan sekitar 8 km pada arah utara-selatan dan 7 km arah timur-barat.

Situs Sangiran merupakan sebuah kubah raksasa yang berbentuk cekungan besar di pusat kubah akibat dari erosi di bagian puncaknya. Kondisi itu menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang. Di Situs ini menyimpan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu.

Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C.Schemulling tahun 1864 dengan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, Sangiran. Selain Schemulling, ada juga Eugene Dubois yang pernah datang ke Sangiran. Namun dia kurang tertarik dengan temuan-temua di Sangiran. Pada tahun 1934, Sangiran kedatangan ahli Antropologi yang bernama Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald.

Dia menemukan sebuah artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar 2 km di barat laut kubah Sangiran. Situs ini akhirnya ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada tahun 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.

Trinil

Trinil - Zaman Praaksara
Trinil

Tempat ini terletak di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Trinil merupakan situs yang memiliki kapasitas lebih kecil dibandingkan dengan Sangiran. Penemuan pertama, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891, dia menemukan sebuah fosil manusia purba pertama yaitu spesimen manusia jawa.

Berlanjut pada tahun 1893, Dubois menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus.Tengkorak Pithecanthropus erectus memiliki ukuran yang terbilang sangatlah pendek tetapi memanjang kebelakang yang volume otaknya sekitar 900 cc.